Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau
memberi contoh oleh pemimpin kepadapengikutnya dalam upaya mencapai tujuan
organisasi.[1] Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah
"melakukanya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada
seorang senima ahli, pengrajin, atau praktisi.[2] Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan
sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.[2]
Ciri-Ciri
Seorang Pemimpin
Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa
pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat
penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, danintensitas.[3] Dan memang, apabila kita berpikir
tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill,
Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa
sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan
untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.
Kepemimpinan
Yang Efektif
Barangkali pandangan pesimistis tentang keahlian-keahlian
kepemimpinan ini telah menyebabkan munculnya ratusan buku yang membahas
kepemimpinan.[4] Terdapat nasihat tentang siapa yang harus ditiru
(Attila the Hun), apa yang harus diraih (kedamaian jiwa), apa yang harus
dipelajari (kegagalan), apa yang harus diperjuangkan (karisma), perlu tidaknya pendelegasian (kadang-kadang), perlu tidaknya berkolaborasi(mungkin),
pemimpin-pemimpin rahasia Amerika (wanita), kualitas-kualitas
pribadi dari kepemimpinan (integritas), bagaimana meraih kredibilitas (bisa
dipercaya), bagaimana menjadi pemimipin yang otentik (temukan pemimpin dalam
diri anda), dan sembilan hukum alam kepemimpinan (jangan tanya).[4] Terdapat lebih dari 3000 buku yang
judulnya mengandung kata pemimipin (leader).[4] Bagaimana menjadi pemimpin yang efektif tidak perlu diulas oleh sebuah buku.[4] Guru manajeman terkenal, Peter
Drucker, menjawabnya hanya dengan beberapa kalimat: "pondasi dari
kepemimpinan yang efektif adalah berpikir berdasar misi organisasi,
mendefinisikannya dan menegakkannya, secara jelas dan nyata.[4]
Kepemimpinan
Karismatik
Max Weber, seorang sosiolog, adalah ilmuan pertama yang
membahas kepemimpinan karismatik.[5] Lebih dari seabad yang lalu, ia
mendefinisikan karisma (yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti
"anugerah") sebagai "suatu sifat tertentu dari seseorang, yang
membedakan mereka dari orang kebanyakan dan biasanya dipandang sebagai kemampuan
atau kualitas supernatural, manusia
super, atau paling tidak daya-daya istimewa.[5] Kemampuan-kemampuan ini tidak
dimiliki oleh orang biasa, tetapi dianggap sebagai kekuatan yang bersumber dari
yang Ilahi, dan berdasarkan hal ini seseorang kemudian dianggap sebagai seorang
pemimpin.[5]
Ciri2 pemimpin yang efektif
Adapun
ciri-ciri kepemimpinan yang efektif menurut Keith Davisharus memiliki 4 hal,
yang meliputi :a. Intelegensinya tinggi (intellegence)Seharusnya seorang
pemimpin harus mempunyai tingkat intelegensi yanglebih tinggi dari
bawahannya.b. Kematangan jiwa sosial (social maturity and breadth) Pemimpin
biasanya memiliki perasaan/jiwa yang cukup matang danmempunyai kepentingan serta
perhatian yang cukup besar terhadapbawahannya.c. Motivasi terhadap diri dan
hasil (inner motivation and achievment drives)Para pemimpin senantiasa ingin
membereskan segala sesuatu yangmenjadi tugas dan tanggung jawabnya.d. Menjalin
hubungan kerja manusiawi (human relation attides)Pemimpin harus dapat bekerja
secara efektif dengan orang lain ataudengan bawahannya.Dari beberapa pendapat
para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwaupaya untuk meningkatkan kepemimpinan
kepala sekolah adalah sebagaiberikut :a. Seorang pemimpin harus dapat
menjalankan tugas dan fungsipemeliharaan secara maksimal.b. Agar dapat
menampung semua aspirasi baweahannya, pemimpin harusbersikap demokratisc.
Intelegensi yang tinggi sangat dibutuhkand. Kepemimpinan adalah suatu proses
pengarahan yang bertujuan untukmempengaruhi kegiatan yang ada dalam sebuah
lembaga atau organisasi.Jadi, seorang pemimpin harus dapat menjadi contoh,
memberi semangat,dan berwibawa di hadapan para anggotanya. Dengan adanya
beberapa upaya di atas, diharapkan kepemimpinanseorang pemimpin dapat secara
maksimal diimplementasikan pada alurperjalanan suatu oerganisasi. Aktualisasi
seorang pemimpin sangatdibutuhkan pada lembaga pendidikan.
18
Kriteria Pemimpin yang baik dan Bijaksana
Kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi orang-orang lain agar bekerjasama sesuai dengan
rencana demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan
demikian kepemimpinan memegang peranan yang sangat penting dalam manajemen,
bahkan dapat dinyatakan, kepemimpinan adalah inti dari managemen.
Di
dalam kenyataan, tidak semua orang yang menduduki jabatan pemimpin memiliki
kemampuan untuk memimpin atau memiliki ‘kepemimpinan’, sebaliknya banyak orang
yang memiliki bakat kepemimpinan tetapi tidak pernah mendapat kesempatan untuk
menjadi pemimpin dalam arti yang sebenarnya. Sedang pengertian ‘kepala’
menunjukan segi formal dari jabatan pemimpin saja, maksudnya secara
yuridis-formal setiap orang dapat saja diangkat mengepalai sesuatu usaha atau
bagian (berdasarkan surat keputusan atau surat pengangkatan), walaupun belum
tentu orang yang bersangkutan mampu menggerakan mempengaruhi dan membimbing
bawahannya serta (memimpin) memiliki
kemampuan melaksanakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan.
18 Kriteria atau syarat yang harus dipenuhi oleh
seorang pemimpin yang baik dan bijaksana, yaitu memiliki:
1. Kekuatan atau energi
Seorang pemimpin harus
memiliki kekuatan lahiriah dan rokhaniah sehingga mampu bekerja keras dan
banyak berfikir untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. 2.
Penguasaan emosional Seorang pemimpin harus dapat menguasai
perasaannya dan tidak mudah marah dan putus asa.
3. Pengetahuan mengenai hubungan kemanusiaan
Seorang pemimpin harus dapat mengadakan hubungan yang manusiawi
dengan bawahannya dan orang-orang lain, sehingga mudah mendapatkan bantuan
dalam setiap kesulitan yang dihadapinya.
4. Motivasi dan dorongan pribadi, yang akan
mampu menimbulkan semangat, gairah, dan ketekunan dalam bekerja.
5. Kecakapan berkomunikasi
kemampuan
menyampaikan ide, pendapat serta keinginan dengan baik kepada orang lain, serta
dapat dengan mudah mengambil intisari pembicaraan.
6. Kecakapan mengajar
pemimpin yang baik
adalah guru yang mampu mengajar dan memberikan teladan dan petunjuk-petunjuk,
menerangkan yang belum dengan gambaran jelas serta memperbaiki yang salah.
7. Kecakapan bergaul
dapat mengetahui sifat
dan watak orang lain melalui pergaulan agar dengan mudah dapat memperoleh
kesetiaan dan kepercayaan. Sebaiknya bawahan juga bersedia bekerja dengan
senang hati dan sukarela untuk mencapai tujuan.
8. Kemampuan teknis kepemimpinan
mengetahui azas dan
tujuan organisasi. Mampu merencanakan, mengorganisasi, mendelegasikan wewenang,
mengambil keputusan, mengawasi, dan lain-lain untuk tercapainya tujuan. Seorang
pemimpin harus menguasai baik kemampuan managerial maupun kemampuan teknis
dalam bidang usaha yang dipimpinnya.
9. Integritas kepada orang lain
Integritas atau
memberikan kesetiaan atau kepedulian kepada orang lain atau bawahan, berarti
mempertahankan nilai-nilai dan moral yang dipercayai kepada orang lain.
Integritas akan menunjukkan kepada orang lain, komitmen terhadap satu hal dan
bukan sebagai orang yang tulalit.
10. Memelihara orang lain
Jika kita melihat ke
sekeliling kita, maka akan kita saksikan bahwa ada orang di dalam hidup kita
yang ingin diberi makan, dengan dorongan aman dan harapan, yang merupakan
kebutuhan setiap manusia. Inti dari proses pemeliharaan adalah perhatian tulus
kepada orang lain. Berikan perhatian dan rasa aman kepada orang yang dipimpin,
namun tetap dengan cara yang mendidik.
11. Percaya terhadap kemampuan orang lain
Setiap orang akan
senang jika mereka merasa dipercaya dan banyak orang akan mengerjakan apa saja
untuk memenuhi kepercayaan tersebut. Berilah kepercayaan kepada orang yang kita
pimpin sesuai dengan kemampuan dan wilayah kerjanya, namun sampaikan terlebih
dahulu dengan jelas apa yang harus dia lakukan.
12. Mendengar apa yang disampaikan orang lain
Dengarkan dan
perhatikan apa yang di sampaikan orang lain disekitar kita, ketika hal tersebut
dilakukan sesungguhnya kita membangun hubungan terhadap orang lain dan mereka
akan merasa dihargai. Karena pada dasarnya setiap orang pasti ingin dirinya
dihargai, maka berikanlah hal itu. Orang yang tidak pernah menghargai orang
lain, jangan pernah berharap dia akan dihargai apalagi dicintai.
13. Kemampuan memahami orang lain
Setiap orang
sebenarnya ingin didengar, dihormati dan dipahami, ketika orang melihat bahwa
mereka dipahami, mereka akan merasa dimotivasi dan dipengaruhi secara positif.
Sesungguhnya cara paling halus dan jitu untuk mempengaruhi dan mengambil hati
orang lain adalah dengan memahami dan mendengarkan apa yang dia sampaikan.
Berikan sepenuhnya apa yang sudah menjadi hak mereka tanpa harus melalaikan
pendidikan untuk mereka sadar akan kewajiban mereka juga.
14. Mengembangkan bakat orang lain
Berarti kita membantu
mereka menangkap peluang untuk membantu mewujudkan potensi mereka. Berikan
kesempatan kepada orang yang kita pimpin agar mereka bisa terus maju dan meraih
jenjang yang lebih tinggi. Tak akan pernah kita rugi bila kelak orang yang kita
pimpin menjadi individu yang mandiri dan lebih sukses. Bahkan mereka mungkin
akan menjadi akses atau relasi yang menguntungkan bagi kita di masa depan.
15. Menjadi arah (navigator) bagi orang lain
Berarti mengidentifikasi
tempat tujuan. Ketika seseorang memiliki potensi pribadinya maka ia memerlukan
arah untuk mengembangkan potensi tersebut. Dengan mengarahkan orang lain kepada
kesuksesan, tanpa kita sadari kita pun telah melatih diri kita untuk menjadi pribadi
yang lebih sukses. Ilmu kita meningkat, pengalaman kita bertambah, kemampuan
kita semakin diasah, relasi atau jaringan kita bertambah dan kebaikan kita pun
berlipat ganda. Sungguh sebuah multiple effect yang luar biasa.
16. Berhubungan dengan orang lain
Dianalogikan pada
rangkaian gerbong kereta api dan apa yang terjadi. Gerbong itu berada di atas
rel, dimuati barang-barang, mempunyai tujuan dan rute. Tapi gerbong ini tidak
memiliki arah jika tidak dihubungkan dengan lokomotif. Sama halnya ketika kita
membawa orang pergi, kemana mereka harus pergi, dimana keberadaannya, ini hanya
akan diketahui jika kita memiliki hubungan dengan banyak pihak, (maksudnya
seorang pemimpin harus mempunyai arah dan tujuan yang jelas). Relationship dan
multiple link adalah satu hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin jika ia
ingin timnya dan dirinya sukses. Semakin banyak relasi dan semakin luas
jaringan yang kita miliki maka semakin besar peluang yang kita raih.
17. Memperlengkapi orang lain
Artinya ketika kita
mempercayakan orang lain dengan sebuah keputusan penting maka kita harus dengan
senang mendukungnya. Ketika kita memberi wewenang kepada orang lain maka kita
telah meningkatkan kemampuan orang lain tanpa menurunkan kemampuan kita.
Maksudnya jika seorang pemimpin telah mampu mendelegasikan tugas dengan baik
kepada bawahannya, berarti ia telah membuat langkah cerdas dalam kerjanya,
tugas yang tercapai lebih banyak dan lebih cepat. Bawahannya semakin pintar dan
pada akhirnya tujuan bersama pun tercapai dengan hasil terbaik. Namun syarat
sebelum pendelegasian adalah berikan penjelasan dan ilmu sampai orang yang kita
delegasikan tersebut paham benar tentang apa yang harus ia lakukan.
18. Memproduksi orang berpengaruh
Artinya bagaimana
ketika kita telah mengubah orang lain agar ia menjadi pengikut seperti diri
kita. Pada akhirnya kita akan mampu menciptakan orang-orang berpengaruh yang
kelak akan menciptakan orang-orang seperti kita juga. Dan terus seperti itu.
Sehingga dalam lingkungan/koridor kepemimpinan kita semua personil, elemen dan
pihak memiliki kemampuan seperti kita dan melakukan seperti apa yang kita
inginkan tanpa harus selalu diperintah.
Arti Kepemimpinan
Dalam Organisasi
Pengertian kepemimpinan dalam organisasi
adalah, yang mana mempunyai tugas bagaimana kita bisa menjadikan sebuah
organisasi itu menjadi suatu yang solid. Mempunyai visi dan misi yang jelas di
dalam kemajuan organisasi, bisa memanage dan fokus di dalam mengemban dan
mengembangkan organisasinya.
Seorang pemimpin organisasi juga mempunyai tipe-tipe dalam kepemimpinannya,
yaitu
1. Tipe Otokratik
Adalah tipe sorang pemimpin yang egois dan otoriter
Adalah tipe sorang pemimpin yang egois dan otoriter
2. Tipe Paternalistik
Adalah tipe seorang pemimpin yang hanya terdapat di lingkungan trasisional,
contohnya : tokoh adat , ulama, dan para guru
Adalah tipe seorang pemimpin yang hanya terdapat di lingkungan trasisional,
contohnya : tokoh adat , ulama, dan para guru
3. Tipe Kharismatik
Adalah tipe seorang pemimpin yang mempunya daya tarik sendiri pada pemimpin tersebut sehingga menimbulkan simpati kepada organisasinya
Adalah tipe seorang pemimpin yang mempunya daya tarik sendiri pada pemimpin tersebut sehingga menimbulkan simpati kepada organisasinya
4. Tipe Laissez Faire
Adalah tipe seorang pemimpin yang berpandangan bahwa organisasinya akan berjalan secara lancar karena anggotanya yang terdiri dari orang – orang dewasa yang sudah memiliki tujuan organisasi.
Adalah tipe seorang pemimpin yang berpandangan bahwa organisasinya akan berjalan secara lancar karena anggotanya yang terdiri dari orang – orang dewasa yang sudah memiliki tujuan organisasi.
5. Tipe Demokratik
Adalah tipe seorang pemimpin yang disegani bukan ditakuti karena melakukan manusia dengan cara manusiawi dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
Adalah tipe seorang pemimpin yang disegani bukan ditakuti karena melakukan manusia dengan cara manusiawi dan menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia.
Dibalik tipe-tipe kepemimpinan dalam suatu
organisasi , juga ada yang mengatakan teori-teori yang dilihat dari hasil
survey yang dilakukan oleh orang-orang mempelajari
kriteria-kriteria yang dilakukan oleh seorang
pemimpin.
Diantaranya adalah:
1. Teori Genetic
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan “leaders are born and not made“. bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena dilahirkan dengan bakat pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.
1. Teori Genetic
Inti dari teori ini tersimpul dalam mengadakan “leaders are born and not made“. bahwa penganut teori ini mengatakan bahwa seorang pemimpin akan karena dilahirkan dengan bakat pemimpin.Dalam keadaan bagaimana pun seorang ditempatkan pada suatu waktu ia akan menjadi pemimpin karena ia dilahirkan untuk itu. Artinya takdir telah menetapkan ia menjadi pemimpin.
2. Teori Sosial
Jika teori genetis mengatakan bahwa “leaders are born and not made”, make penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu : “Leaders are made and not born“.
Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
Jika teori genetis mengatakan bahwa “leaders are born and not made”, make penganut-penganut sosial mengatakan sebaliknya yaitu : “Leaders are made and not born“.
Penganut-penganut teori ini berpendapat bahwa setiap orang akan dapat menjadi pemimpin apabila diberi pendidikan dan kesempatan untuk itu.
3. Teori Ekologis
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial. Penganut-ponganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.
Teori ini merupakan penyempurnaan dari kedua teori genetis dan teori sosial. Penganut-ponganut teori ini berpendapat bahwa seseorang hanya dapat menjadi pemimpin yang baik apabila pada waktu lahirnya telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat mana kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pangalaman-pengalaman yang memungkinkannya untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang memang telah dimilikinya itu. Namun demikian penyelidikan yang jauh yang lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa faktor-faktor yang menyebabkan seseorang timbul sebagai pemimpin yang baik.
Gaya kepemimpinan
pada
dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu perwujudan tingkah laku dari
seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan
tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Pengertian gaya
kepemimpinan yang demikian ini sesuai dengan pendapat yang disampaikan oleh
Davis dan Newstrom (1995). Keduanya menyatakan bahwa pola tindakan pemimpin
secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut
dikenal sebagai gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini.
1. Teori Genetis (Keturunan)
Inti dari teori menyatakan bahwa “Leader are born and nor made” (pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.
2. Teori Sosial
Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “Leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3. Teori Ekologis.
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.
Selain pendapat-pendapat yang menyatakan tentang timbulnya gaya kepemimpinan tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi tertentu (s)., yang dapat dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s).
Menurut Hersey dan Blanchard, pimpinan (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.
Adapun situasi (s) menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.
Tipologi Kepemimpinan
Dalam praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe kepemimpinan; di antaranya adalah sebagian berikut (Siagian,1997).
1. Tipe Otokratis.
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; Dalam tindakan pengge-rakkannya sering memperguna-kan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya; Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan; Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; Sukar menerima kritikan dari bawahannya; Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3. Tipe Paternalistis.
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly protective); jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya; dan sering bersikap maha tahu.
4. Tipe Karismatik.
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.
5. Tipe Demokratis.
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya; selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.
Gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin, pada dasarnya dapat diterangkan melalui tiga aliran teori berikut ini.
1. Teori Genetis (Keturunan)
Inti dari teori menyatakan bahwa “Leader are born and nor made” (pemimpin itu dilahirkan (bakat) bukannya dibuat). Para penganut aliran teori ini mengetengahkan pendapatnya bahwa seorang pemimpin akan menjadi pemimpin karena ia telah dilahirkan dengan bakat kepemimpinan. Dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang ditempatkan karena ia telah ditakdirkan menjadi pemimpin, sesekali kelak ia akan timbul sebagai pemimpin. Berbicara mengenai takdir, secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fasilitas atau determinitis.
2. Teori Sosial
Jika teori pertama di atas adalah teori yang ekstrim pada satu sisi, maka teori inipun merupakan ekstrim pada sisi lainnya. Inti aliran teori sosial ini ialah bahwa “Leader are made and not born” (pemimpin itu dibuat atau dididik bukannya kodrati). Jadi teori ini merupakan kebalikan inti teori genetika. Para penganut teori ini mengetengahkan pendapat yang mengatakan bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin apabila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3. Teori Ekologis.
Kedua teori yang ekstrim di atas tidak seluruhnya mengandung kebenaran, maka sebagai reaksi terhadap kedua teori tersebut timbullah aliran teori ketiga. Teori yang disebut teori ekologis ini pada intinya berarti bahwa seseorang hanya akan berhasil menjadi pemimpin yang baik apabila ia telah memiliki bakat kepemimpinan. Bakat tersebut kemudian dikembangkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman yang memungkinkan untuk dikembangkan lebih lanjut. Teori ini menggabungkan segi-segi positif dari kedua teori terdahulu sehingga dapat dikatakan merupakan teori yang paling mendekati kebenaran. Namun demikian, penelitian yang jauh lebih mendalam masih diperlukan untuk dapat mengatakan secara pasti apa saja faktor yang menyebabkan timbulnya sosok pemimpin yang baik.
Selain pendapat-pendapat yang menyatakan tentang timbulnya gaya kepemimpinan tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) berpendapat bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya merupakan perwujudan dari tiga komponen, yaitu pemimpin itu sendiri, bawahan, serta situasi di mana proses kepemimpinan tersebut diwujudkan. Bertolak dari pemikiran tersebut, Hersey dan Blanchard (1992) mengajukan proposisi bahwa gaya kepemimpinan (k) merupakan suatu fungsi dari pimpinan (p), bawahan (b) dan situasi tertentu (s)., yang dapat dinotasikan sebagai : k = f (p, b, s).
Menurut Hersey dan Blanchard, pimpinan (p) adalah seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan unjuk kerja maksimum yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi akan berjalan dengan baik jika pimpinan mempunyai kecakapan dalam bidangnya, dan setiap pimpinan mempunyai keterampilan yang berbeda, seperti keterampilan teknis, manusiawi dan konseptual. Sedangkan bawahan adalah seorang atau sekelompok orang yang merupakan anggota dari suatu perkumpulan atau pengikut yang setiap saat siap melaksanakan perintah atau tugas yang telah disepakati bersama guna mencapai tujuan. Dalam suatu organisasi, bawahan mempunyai peranan yang sangat strategis, karena sukses tidaknya seseorang pimpinan bergantung kepada para pengikutnya ini. Oleh sebab itu, seorang pemimpinan dituntut untuk memilih bawahan dengan secermat mungkin.
Adapun situasi (s) menurut Hersey dan Blanchard adalah suatu keadaan yang kondusif, di mana seorang pimpinan berusaha pada saat-saat tertentu mempengaruhi perilaku orang lain agar dapat mengikuti kehendaknya dalam rangka mencapai tujuan bersama. Dalam satu situasi misalnya, tindakan pimpinan pada beberapa tahun yang lalu tentunya tidak sama dengan yang dilakukan pada saat sekarang, karena memang situasinya telah berlainan. Dengan demikian, ketiga unsur yang mempengaruhi gaya kepemimpinan tersebut, yaitu pimpinan, bawahan dan situasi merupakan unsur yang saling terkait satu dengan lainnya, dan akan menentukan tingkat keberhasilan kepemimpinan.
Tipologi Kepemimpinan
Dalam praktiknya, dari ketiga gaya kepemimpinan tersebut berkembang beberapa tipe kepemimpinan; di antaranya adalah sebagian berikut (Siagian,1997).
1. Tipe Otokratis.
Seorang pemimpin yang otokratis ialah pemimpin yang memiliki kriteria atau ciri sebagai berikut: Menganggap organisasi sebagai pemilik pribadi; Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi; Menganggap bawahan sebagai alat semata-mata; Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat; Terlalu tergantung kepada kekuasaan formalnya; Dalam tindakan pengge-rakkannya sering memperguna-kan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan bersifat menghukum.
2. Tipe Militeristis
Perlu diperhatikan terlebih dahulu bahwa yang dimaksud dari seorang pemimpin tipe militerisme berbeda dengan seorang pemimpin organisasi militer. Seorang pemimpin yang bertipe militeristis ialah seorang pemimpin yang memiliki sifat-sifat berikut : Dalam menggerakan bawahan sistem perintah yang lebih sering dipergunakan; Dalam menggerakkan bawahan senang bergantung kepada pangkat dan jabatannya; Senang pada formalitas yang berlebih-lebihan; Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan; Sukar menerima kritikan dari bawahannya; Menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.
3. Tipe Paternalistis.
Seorang pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang paternalistis ialah seorang yang memiliki ciri sebagai berikut : menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa; bersikap terlalu melindungi (overly protective); jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif; jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya; dan sering bersikap maha tahu.
4. Tipe Karismatik.
Hingga sekarang ini para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab mengapa seseorang pemimpin memiliki karisma. Umumnya diketahui bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar, meskipun para pengikut itu sering pula tidak dapat menjelaskan mengapa mereka menjadi pengikut pemimpin itu. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seseorang menjadi pemimpin yang karismatik, maka sering hanya dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supra natural powers). Kekayaan, umur, kesehatan, profil tidak dapat dipergunakan sebagai kriteria untuk karisma. Gandhi bukanlah seorang yang kaya, Iskandar Zulkarnain bukanlah seorang yang fisik sehat, John F Kennedy adalah seorang pemimpin yang memiliki karisma meskipun umurnya masih muda pada waktu terpilih menjadi Presiden Amerika Serikat. Mengenai profil, Gandhi tidak dapat digolongkan sebagai orang yang ‘ganteng”.
5. Tipe Demokratis.
Pengetahuan tentang kepemimpinan telah membuktikan bahwa tipe pemimpin yang demokratislah yang paling tepat untuk organisasi modern. Hal ini terjadi karena tipe kepemimpinan ini memiliki karakteristik sebagai berikut : dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu adalah makhluk yang termulia di dunia; selalu berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dan tujuan pribadi dari pada bawahannya; senang menerima saran, pendapat, dan bahkan kritik dari bawahannya; selalu berusaha mengutamakan kerjasama dan teamwork dalam usaha mencapai tujuan; ikhlas memberikan kebebasan yang seluas-luasnya kepada bawahannya untuk berbuat kesalahan yang kemudian diperbaiki agar bawahan itu tidak lagi berbuat kesalahan yang sama, tetapi lebih berani untuk berbuat kesalahan yang lain; selalu berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses daripadanya; dan berusaha mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.
Secara implisit tergambar bahwa untuk menjadi pemimpin tipe demokratis bukanlah hal yang mudah. Namun, karena pemimpin yang demikian adalah yang paling ideal, alangkah baiknya jika semua pemimpin berusaha menjadi seorang pemimpin yang demokratis.